My Blog List

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 29 Juli 2011

Alun Alun Pamekasan

Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama wilayah ini.
Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya. Munculnya sejarah Pemerintah Lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke lima belas (15) berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo yang mulai merintis Pemerintahan Lokal di daerah Proppo atau Parupuk Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa Kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bias dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri dalam penataan untuk mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya sangat padat kegiatan dengan luas wilayah yang sangat besar.
Saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra, sedangkan kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-Islam.
Tulisan- tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan bahasa Belanda kemudian mulai diterjemahkan atau ditulils kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun-daun lontar atau layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.
Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggo Sukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di Wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan se jimat ,yaitu jalan-jalan di alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.
Bahkan zaman Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Arosbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan hari jadi kota Pamekasan.
Terungkapnya sejarah Pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invasi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal di bawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh sarjana Barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Banda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.

Selasa, 26 Juli 2011

Lebaran ketupat di pulau talango Sumenep


Perayaan lebaran ketupat di pulau talango ternyata berpengaruh signifikan terhadap lonjakan jumlah penumpang yang akan menyeberang ke pulau Talango kabupaten Sumenep Madura, Hampir 1 kilometer di pelabuhan Kalianget terjadi antrean panjang kendaraan , terutama untuk mobil. Hal tersebut karena kapal tongkang yang membawa penumpang menyeberang ke pulau talango berukuran kecil dan hanya mampu memuat maksimal 6 mobil per kapal. Apabila sudah dipenuhi dengan sepeda motor, maka mobil tidak akan mendapat tempat.



Karena itu, tidak heran jika terjadi penumpukan kendaraan roda empat yang akan menyeberang ke pulau talango. Mobil-mobil yang antre ini rata-rata berplat nomor luar Madura, seperti dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Bogor, dan beberapa kota lain. Mereka semua menyeberang ke Talango untuk ziarah ka makam Sayyid Yusuf, salah satu ulama besar dan turunan raja keraton Sumenep.
Menurut penuturan salah satu penumpang kapal, Ibu Oneh, dirinya bersama rombongan satu bis jauh-jauh datang dari Karawang - Bekasi, untuk berziarah ke Asta Yusuf di pulau Talango.


"Saya memang rutin menyempatkan diri ziarah ke makam wali dan ulama selepas lebaran, untuk mencari berkah," kata Oneh.

Dijelaskan, Oneh dan seluruh rombongan memilih naik kapal tongkang tanpa bus, untuk mempercepat perjalanan.

"Soalnya kalau mobil kan antreannya panjang. Kapalnya kecil sih, harus gantian. Jadi biar cepat, kami semua satu bus, turun dan jalan kaki naik kapal. Nanti turun dari kapal, naik becak ke Asta Yusuf," papar Oneh.

Meskipun kapal penuh sesak dan harus berebut tempat, Oneh mengaku menikmati perjalanan wisata religinya ini.

"Ya namanya orang cari berkah, memang macam-macam ceritanya. Berdesak-desakan seperti ini mah sudah biasa neng. Kan semuanya juga sama-sama ingin cari barokahnya Lebaran. Jadi ya enggak apa-apa, berebut-berebut dikit," ujar Oneh sambil tersenyum.

Sementara bagi beberapa penumpang, baik yang berjalan kaki ataupun membawa sepeda motor yang tidak sabar menunggu antrean kapal tongkang, memilih untuk menyewa perahu.

"Daripada lama nunggu antrean kapal, lebih baik saya naik perahu saja lah. Lebih mahal sedikit gak papa. Yang penting cepat sampai Talango. Keburu sore nanati kalau kelamaan nunggu," kata Erfan, salah satu penumpang.

Tempat Wisata Di Sumenep

Tempat Wisata Sumenep Di bawah ini adalah catatan awal tentang Tempat Wisata Sumenep. Sumenep, dengan kode area telepon 0328, berbatasan dengan Selat Madura di Selatan, Laut Jawa di Utara, Pamekasan di Barat, dan Laut Jawa / Laut Flores di Timur. Wilayah Sumenep meliputi juga 126 pulau di Laut Jawa.
Menuju Sumenep bisa naik bus dari Terminal Bus Purabaya atau naik bus dari Pelabuhan Tanjung Perak. Jika dari Bali, bisa menyeberang ke Pelabuhan Jangkar di Situbondo dan menyeberang ke Kalianget dengan naik Fery.






Asta Batu Ampar, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Batu Ampar, Kecamatan Guluk-Guluk, 37 Km dari Kota Sumenep, merupakan makam K. Abdullah tokoh penyiar agama Islam di wilayah Batu Ampar.
Asta Gumuk Brembeng, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Kalimo’ok, Kecamatan Kalianget, merupakan makam K.Ali Barangbang, seorang ulama besar yang sangat disegani, yang wafat pada 1092 H.
Asta Karang Sabu, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Karangduak, Kecamatan Kota Sumenep, yang merupakan makam Raden Tumenggung Kanduruan, Raja Sumenep pada 1559-1562 M.
Asta Majapahit, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Dusun Gunung Malang, Desa Kombang, Kecamatan Talango, makam Pangeran Anom Joyonegoro, tokoh yang mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Madura.
Asta Panaongan, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Pasongsongan, Kecamatan Pasongsongan, makam Ummingtai tahun 1218, makam Syech Al Arief Abu Said tahun 1112, dan makam lainnya.
Asta Ponjuk I / Padike, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Padike, Kecamatan Talango, 2 km dari Pelabuhan Talango, makam Raden Maulana Kusuma / Kyai Abdul Halim, keturunan mataram Islam yang anti Belanda.
Asta Ponjuk II / Kombang, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Kombang, Kecamatan Talango, 8 Km dari Pelabuhan Talango, makam Ratu Zahara, adik dari Kyai Agung Abdurrahman (Asta Majapahit) dan makam suaminya.
Asta Sayyid Yusuf, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Talango, Kecamatan Talango, diakses melalui Pelabuhan Kalianget (11 km dari pusat kota), lalu menyeberang ke Pulau Talango, selama 5-10 menit.
Asta Tinggi, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, 2,4 Km dari Kota Sumenep, merupakan situs makam Raja-raja Sumenep dan keturunannya yang dibangun pada 1763.
Gua Jeruk, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Kebunagung, Kecamatan Kota Sumenep, merupakan tempat pertapaan Sultan Abudurrahman Pakunataningrat, Adipati Sumenep pada 1811-1854.
Gua Kandalia, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep Desa Langsar, Kecamatan Saronggi, 17 Km dari Kota Sumenep, di dalam gua terdapat makam Agung Wali Tanjung, Agung Patapaan dan Raden Bagus Anom.
Gunung Payudan, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Payudan Daleman, Kecamatan Guluk-Guluk, 30 Km dari Kota Sumenep, merupakan pertapaan raja-raja Sumenep pada abad 14 sampai 17.
Karapan Sapi, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Manding Laok, Kecamatan Manding, berasal dari kebiasaan Pangeran Katandur yang membajak sawah memakai Nanggala/Salaga, dua bilah bambu yang ditarik 2 ekor sapi.
Kirmata, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Saronggi, Kecamatan Saronggi, 10 km dari Kota Sumenep, merupakan sumber mata air terbesar yang ada di desa tersebut.
Kelenteng Pau Sian Lin Kong, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Pabian, Kecamatan Kota Sumenep, 2,8 Km dari pusat Kota Sumenep, merupakan kelenteng Tridhama yang berumur lebih dari 160 tahun.
Masjid Agung Sumenep, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Bangselok, Kecamatan Kota Sumenep, pertama dibangun pada 1779 M dan selesai 1787, diperbaiki jaman Panembahan Notokusumo I dengan arsitek Lauw Prango.
Museum Dan Keraton Sumenep, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Pajagalan, Kecamatan Kota Sumenep, dibangun oleh Panembahan Sumolo I pada 1762, dengan bangunan bercorak budaya Islam, Cina dan Eropa.
Pantai Lombang, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, 30 Km dari Kota Sumenep, dengan pasir putih sepanjang 12 Km yang ditumbuhi Cemara Udang.
Pantai Slopeng, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Sema’am, Kecamatan Dasuk, 21 Km dari Kota Sumenep, merupakan tempat nelayan mencari ikan, dengan pasir putih bersih, dinaungi pohon nyiur dan siwalan.
Penggalian Batu Putih, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Bukit Panjalin, di Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih, 30 km dari Kota Sumenep, dengan panorama perbukitan bekas tempat penggalian batu yang indah.
Rumah Kasur Pasir, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Legung Timur dan Legung Barat, Kecamatan Batang-Batang, merupakan kebiasaan masyarakat setempat untuk tidur di atas hamparan pasir.
Sumber Air Dasuk, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Nyapar, Kecamatan Dasuk, yang dihuni beribu-ribu ikan besar yang jumlahnya konon tidak pernah berkurang atau menghilang.
Waduk/Dam Larangan Pereng, Wisata Sumenep
Tempat Wisata SumenepTempat Wisata Sumenep di Desa Larang Pereng, Kecamatan Pragaan, 30 Km dari Kota Sumenep, dibangun pada 2005, yang digunakan untuk pengairan dan tempat wisata.

Senin, 25 Juli 2011

Musik Budaya Madura mencatat Rekor MURI


Musik Tong-tong atau dalam bahasa Madura musik Daul Tuk-tuk asal Kabupaten Sampang, berhasil masuk MURI dengan rekor penabuh terbanyak. Yakni sebanyak 300 orang penabuh. Tak pelak akibat banyaknya penabuh hingga membuat suasana Gramedia Expo Surabaya nampak terdengar meriah dan penuh riuh. Karena irama yang dibunyikan begitu indah, berasal dari bebunyian tetabuhan dari drum minyak, drum ikan, gong, gamelan, kuali dan gong. Lengkap diiringi nyanyian khas Madura.




Menurut sejarahnya Musik ini, ada sejak tahun 1970-an. Seperti yang diceritakan Ahmad Bahrawi, salah seorang penggiat musik Tong-tong pada EastJava Traveler, musik tong-tong ada di Sampang pada tahun 1970-an saat itu musik ini digunakan sebagai musik patrol oleh masyarakat setempat. Terutama saat Ramadhan tiba digunakan untuk membangunkan orang saat waktu sahur.
“Begitu legendarisnya musik ini hingga kami warga Sampang menggelar even tahunan yaitu lomba musik tong-tong setelah Lebaran,” ujar pria yang memliki nama panggilan Mamak ini.


Selain itu, ada sejarah yang mencatat jika Musik Tong-tong populer pada tahun 1999. Saat itu kabel bawah laut yang merupakan aliran listrik di Pulau Madura putus. Sehingga suasana pun gelap gulita selama berbulan-bulan. Mengakibatkan Madura tidak aman dari karena tindak kriminal. Kemudian musik ini menjadi inisiatif warga untuk meredam tindak kriminal dengan melakukan patrol setiap malam hari.
Atas keunikan musik ini, dan berdasar inisiatif masyarakat Sampang. Maka Musik Tong-tong diusulkan untuk mendapatkan penghargaan dan masuk rekor MURI.



Sedangkan penghargaan rekor MURI lainnya adalah Jenang Apel dari Kota Batu. Jenang ini berukuran 2 meter x 2 meter. Yang mana apel oleh masyarakat Kota Batu kerap dimanfaatkan sebagai buah. Akan tetapi dengan kini berkat kreatifitas mereka dikembangkan menjadi bentuk makanan. Yaitu Jenang Apel.
Untuk mempromosikannya, di MTF  ini para perajin jenang apel di Kota Batu sepakat untuk memberikan sumbangsih berharga. Berupa jenang apel terbesar. Dengan harapan masyarakat akan berkunjung ke Kota Batu untuk berburu makanan ini, dan beberapa tempat wisata menarik yang ada di kota ini.

Minggu, 24 Juli 2011

Sejarah Carok dan Celurit Madura

Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama lain tak bisa dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan).
PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari Pasuruan ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para pekerja. Celurit bagi Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat jelata. Lantas apa hubungannya dengan carok?Carok dalam bahasa Kawi kuno artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar. Bahkan antarpenduduk sebuah desa di Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Pemicu dari carok ini berupa perebutan kedudukan di keraton, perselingkuhan, rebutan tanah, bisa juga dendam turun-temurun selama bertahun-tahun.Pada abad ke-12 M, zaman kerajaan Madura saat dipimpin Prabu Cakraningrat dan abad 14 di bawah pemerintahan Joko Tole, istilah carok belum dikenal. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok.Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M.
Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, orang-orang bawah mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit. Saat itulah timbul keberanian melakukan perlawanan.Namun, pada masa itu mereka tidak menyadari, kalau dihasut oleh Belanda. Mereka diadu dengan golongan keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah Belanda, yang juga sesama bangsa. Karena provokasi Belanda itulah, golongan blater yang seringkali melakukan carok pada masa itu. Pada saat carok mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris sebagaimana yang dilakukan masyarakat Madura zaman dahulu, akan tetapi menggunakan celurit sebagai senjata andalannya.
Senjata celurit ini sengaja diberikan Belanda kepada kaum blater dengan tujuan merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik sah senjata tersebut. Karena beliau adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. Istilahnya, daripada putih mata lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu.Tidak heran jika terjadi persoalan perselingkuhan dan perebutan tanah di Madura maupun pada keturunan orang Madura di Jawa dan Kalimantan selalu diselesaikan dengan jalan carok perorangan maupun secara massal. Senjata yang digunakan selalu celurit. Begitu pula saat melakukan aksi kejahatan, juga menggunakan celurit.Kondisi semacam itu akhirnya, masyarakat Jawa, Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi mengecap orang Madura suka carok, kasar, sok jagoan, bersuara keras, suka cerai, tidak tahu sopan santun, dan kalau membunuh orang menggunakan celurit. Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian.
Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Mereka ini keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda.Setelah sekian tahun penjajah Belanda meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan, Sampang, maupun Pamekasan. Mereka mengira budaya tersebut hasil ciptaan leluhurnya, tidak menyadari bila hasil rekayasa penjajah Belanda.


Sumber : posmo.wordpress.com

Jumat, 22 Juli 2011

Pawai Perahu Petik Laut


Talango Sumenep melangsungkan ritual petik laut, seluruh perahu hias itu,melakukan pawai bersama. Pawai itu di mulai dari pantai ponjuk mengitari pulau talango.Pawai ini, dimaksudkan untuk menikamati dan mensyukuri karunia berupa kekayaan laut, yang selama ini menjadi begian kehidupan mereka.Selama perjalanan pawai itu, seluruh peserta pawai menghibur diri dengan musik dari sound sistem yang sengaja mereka adakan.
Seluruh perahu,yang melakukan pawai tersebut melakukan ziarah, ke Asta Yusuf merupakan rentetatan tradisi petik laut, setelah mereka melaksanakan persebahan sesajen di tengah laut.Tradisi seperti ini, sudah dilakukan sejak masa nenek moyang mereka, dengan harapan akan mendapatkan berkah. Sehingga masyarakat ponjuk dapat sejahtra dan senantiasa tentram.

Pantai Ponjuk ( Padike - Talango )

Talango Sumenep :
Liburan ramadhan, dapat diisi dengan berbagai cara.Salah satunya adalah berkunjung ke beebagai tempat Wisata, yang ada di kabupaten Sumenep.Jika anda memilih jenis wisata religi yang juga sangat menghibur, Asta Ponjuk adalah pilihannya. Wisata asta ponjuk ini, terletak di desa  Padike kecamatan Talango.Jika hendak ke tempat wisata ini, pengunjung harus menempuh perjalanan kurang lebih 30 mnit dari pelabuhan Talango.Perjalanan menuju ke tempat ini, dapat menggunakan sepeda motor ataupun mobil. Asta ponjuk desa Kombang ini memiliki luas area sekitar 220 meter persegi.
Menurut keterangan warga sekitar, di tempat ini, dikebumikan Ratu Zahara, yang lebih dikenal dengan nama Putri Kuning. Di lokasi asta ponjuk ini, selain menjadi lokasi wisata religi, juga sangat potensial menjadi objek wisata pantai.Karena di sekeliling asta, pengunjung dapat melihat pemandangan yang sangat bagus. Asta ponjuk ini berbatasan langsung dengan pantai yang berbatu.Selain itu, pepohonan siwalan yang menjulang, kian menambah eksotika pemandangan pesisir timur pulau Talango.Dari ketinggian tempat ini, para pengunjung juga dapat melihat aktifitas para nelayan, yang kebetulan melintas di perairan laut timur Talango. Bahkan, dari timur talango tersebut, kita dapat menyaksikan pulau Gili Labek, pulau mini yang dihuni oleh puluhan warga saja.

Selasa, 19 Juli 2011

wisata religi : ziarah ke asta sayyid yusuf ( Pulau Talango-Sumenep )


Liputan Madura :

Asta ini terletak di Kecamatan Talango suatu kepulauan + 11 km ke arah timur dari kota Sumenep dan menyeberang dari Kecamatan Kalianget + 10 menit. Sayyid Yusuf adalah seorang ulama yang berasal dari Arab yang ke tika itu secara gaib jenazahnya terapung diliputi sinar melintas di depan perahu Sultan Abdurrahman yang akan melakukan perjalanan ke pulau Bali. Kemudian diharibaanya jatuh daun sokon/sukun yang bertuliskan dengan jelas nama jenazah tersebut yaitu Sayyid Yusuf dari Mekkah. Sultan Abdurrahman berniat menguburkan janazah tersebut secara wajar dari pulau Bali.

Asta ini banyak dikunjungi peziarah dari Jawa Timur dan Jawa Barat, kerena konon permohonan/doa mereka ditempat ini banyak dikabulkan oleh Allah SWT. Di sebelah utara Asta Sayyid Yusuf terdapat pohon Nangger yang sangat besar seperti memayungi kuburan tersebut. Pohon Nangger ini berasal dari tongkat Sultan Abdurrahman yang ditancapkan setelah menguburkan jenazah Sayyid Yusuf.

Senin, 18 Juli 2011

MADURA DALAM CUPLIKAN SEJARAH

Masjid Agung Sumenep :


Keraton Sumenep

 

SUMENEP :


Sumenep merupakan Kabupaten di Jawa Timur yang berada di ujung paling Timur Pulau Madura, bisa dibilang sebagai salah satu kawasan yang terpenting dalam sejarah Madura. Kita dapat menjumpai situs-situs kebudayaan yang sampai hari ini masih menjadi obyek pariwisata.
Di Kabupaten itu pula, banyak terpencar pulau-pulau kecil yang kaya akan sumber daya alam dan hasil pertanian. Bahkan, kabupaten ini penuh dengan sejarah raja-raja yang sampai sekarang masih menjadi objek wisata menarik untuk bahan tela’ah dan observasi bagi masyarakat. Yang lebih menarik lagi, di kabupaten ini anda akan temukan sebuah pesantren megah, indah nan modern.
Namanya, Pondok Pesantren Al-Amein Prenduan. Sebagai pesantren kader yang mencetak mundzirul qaum, Pesantren ini menjadi bagian sejarah dari Kabupaten Sumenep. Sebagai bukti, kalau kabupaten ini penuh dengan sejarah, bias kita lihat dari pintu gerbang masjid agung yang ada di tengah-tengah kota.

Kerapan Sapi Madura



PAMEKASAN-
Suasana Festival Kerapan Sapi Piala Presiden  yang diadakan di Stadion R Sunarto Hadi Wijoyo, Pamekasan Madura, sangat ramai oleh antusiasme warga dan wisatawan baik wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Hal ini bukanlah suatu hal yang mengherankan karena acara tahunan ini sudah mendunia.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More